Minggu, 18 Mei 2014

Mengayuh Mimpi #7

Pagi ini aku kayuh sepeda federal berwarna ungu ke arah jalan Patriot. Melewati beberapa angkutan kota yang ngetem di perempatan, dan beberapa teman satu sekolahku tampak ada di salah satu angkutan kota itu. Terkadang mereka hanya melempar senyum.

Aku terus mengayuh sepeda ini ke arah jalan Kalibener, sebuah jalan yang cukup padat penduduk. Jalan ini memiliki tanjakan yang dominan, hampir 75%. Sedangkan hanya ada sekitar 10% jalan menurun dan 15% jalan mendatar. Ujung jalan ini adalah bagian belakang komplek Stasiun Kereta Purwokerto Timur. Masyarakat biasa menyebutnya komplek Stasiun Timur.

Di kota ini sejatinya ada dua buah stasiun kereta. Hanya saja keduanya tidak memiliki nama, tidak seperti stasiun di kota-kota besar di Indonesia. Tetapi masyarakat di kota ini memiliki nama panggilan untuk dua stasiun ini, Stasiun Purwokerto dan Stasiun Timur.

Stasiun Purwokerto, letaknya berada di sebelah barat Alun-Alun, sekitar 2 km. Stasiun inilah yang masih aktif sampai sekarang. Sedangkan Stasiun Timur berada di seberang kantor PJKA Purwokerto. Bagian depan berderet berbagai macam jenis toko, bagian ujung barat menjadi bengkel mobil, ada pabrik pupuk juga di bagian selatan, satu pom bensin yang sudah tidak aktif, dan beberapa rumah dinas.

Dari ujung Jalan Kalibener, kita masuk ke Jalan Kolonel Sugiyono. Jalan ini memiliki akses masuk ke daerah padat penduduk yang kebanyakan profesinya pegawai negeri dan pensiunan. Di ujung jalan, sebuah perempatan besar diberi nama Perempatan Palma oleh masyarakat kota ini. Entahlah, sampai saat ini aku tidak tahu asal muasal nama itu. Dari perempatan ini menuju barat sekitar 200 meter, menghadap selatan, sebuah bangunan peninggalan Belanda berdiri megah. Dengan trotoar yang rindang, sebuah papan nama sekolah tampak sederhana, SMP Negeri 1 Purwokerto.

Tidak ada komentar: